a. Metoda Heitler dan London
Sebagaimana dipaparkan di bagian 2.3, teori Bohr, walaupun merupakan
model revolusioner, namun gagal menjelaskna mengapa atom membentuk
ikatan. Teori Lewis-Langmuir tentang ikatan kovalen sebenarnya
kualitatif, dan gagal memberikan jawaban pada pertanyaan fundamental
mengapa atom membentuk ikatan, atau mengapa molekul lebih stabil
daripada dua atom yang membentuknya.
Masalah ini diselesaikan dengan menggunakan mekanika kuantum
(mekanika gelombang). Segera setelah mekanika kuantum dikenalkan,
fisikawan Jerman Walter Heitler (1904-1981) dan fisikawan Jerman/Amerika
Fritz London (1900-1954) berhasil menjelaskan pembentukan molekul
hidrogen dengan penyelesaian persamaan gelombang
sistem yang terdiri atas dua atom hidrogen dengan pendekatan. Sistemnya
adalah dua proton dan dua elektron (gambar 3.5(a)). Mereka menghitung
energi sistem sebagai fungsi jarak antar atom dan mendapatkan bahwa ada
lembah dalam yang berkaitan dengan energi minimum yang diamati dalam
percobaan (yakni pada jarak ikatan) tidak dihasilkan. Mereka mengambil
pendekatan lain: mereka menganggap sistem dengan elektron yang posisinya
dipertukarkan (gambar 3.5(b)), dan menghitung ulang dengan asumsi bahwa
dua sistem harus menyumbang sama pada pembentukan ikatan. Mereka
mendapatkan kemungkinan pembentukan ikatan meningkat, dan hasil yang
sama dengan hasil percobaan diperoleh.
Dua keadaan di gambar 3.5 disebut “beresonansi”. Perbedaan energi
antara plot (a) dan (b) disebut energi resonansi. Enerhi di gambar
3.6(d) adalah energi untuk keadaan dengan spin dua elektronnya sejajar.
Dalam keadaan ini, tolakannya dominan, yang akan mendestabilkan ikatan,
yakni keadaan antibonding. Metoda Heitler dan London adalah yang pertama
berhasil menjelaskan dengan kuantitatif ikatan kovalen. Metoda ini
memiliki potensi untuk menjelaskan tidak hanya ikatan yang terbentuk
dalam molekul hidroegn, tetapi ikatan kimia secara umum.
b. Pendekatan ikatan valensi
Marilah kita perhatikan metoda Heitler dan London dengan detail. Bila
dua atom hidrogen dalam keadaan dasar pada jarak tak hingga satu sama
lain, fungsi gelombang sistemnya adalah 1s1(1)1s2(2)
(yang berkaitan dengan keadaan dengan elektron 1 berkaitan dengan
proton 1 dan elektron 2 berhubungan dengan proton 2 sebagaimana
diperlihtakna di gambar 3.5(a) (atau 1s1(2)1s2(1)
yang berkaitan dengan keadaan dimana elektron 2 terikat di proton 1 dan
elektron 1 berikatan dengan proton 2 sebagaimana diperlihatkan gambar
3.5(b)). Bila dua proton mendekat, menjadi sukar untuk membedakan dua
proton. Dalam kasus ini, sistemnya dapat didekati dengan mudah kombinasi
linear dua fungsi gelombang. Jadi,
Ψ+ = N+[1s1(1)1s2(2) +1s1(2)1s2(1)] (3.1)
Ψ-= N-[1s1(1)1s2(2) – 1s1(2)1s2(1)] (3.2)
dengan N+ dan N- adalah konstanta yang menormalisasi
fungsi gelombangnya. Dengan menyelesaikan persamaan ini, akan diperoleh
nilai eigen E+ dan E- yang berkaitan dengan gambar. 3.6(a) dan 3.6(b).
Metoda yang dipaparkan di atas disebut dengan metoda ikatan valensi
(valence-bond/VB). Premis metoda VB adalah molekul dapat diungkapkan
dengan fungsi-fungsi gelombang atom yang menyusun molekul. Bila dua
elektron digunakan bersama oleh dua inti atom, dan spin kedua
elektronnya antiparalel, ikatan yang stabil akan terbentuk.
Pendekatan orbital molekul
Metoda VB dikembangkan lebih lanjut oleh ilmuwan Amerika termasuk
John Clarke Slater (1900-1978) dan Linus Carl Pauling (1901-1994).
Namun, kini metoda orbital molekul
(molecular orbital, MO) jauh lebih populer. Konsep dasar metoda MO
dapat dijelaskan dengan mudah dengan mempelajari molekul tersederhana,
ion molekul H2+ (gambar 3.7).
(-h2/8π2m)∇2Ψ + VΨ = EΨ (2.21)
maka,
(-h2/8π2m)∇2Ψ +e2/4πε0[(-1/r1) -(1/r2) + (1/R)]Ψ = EΨ (3.3)
Ingat bahwa Ψ2 memberikan kebolehjadian menemukan elektron di dalam
daerah tertentu. Bila Anda jumlahkan fungsi ini di seluruh daerah, Anda
akan dapatkan kebolehjadian total menemukan elektron, yang harus sama
dengan satu. Orbital biasanya dinormalisasi agar memenuhi syarat ini,
yakni ∫Ψ2 dxdydz = 1.
Fungsi gelombang sistem ini didapatkan dengan mensubstitusi
potensialnya kedalam persamaan 2.21. Bila elektronnya di sekitar inti 1,
pengaruh inti 2 dapat diabaikan, dan orbitalnya dapat didekati dengan
fungsi gelombang 1s hidrogen di sekitar inti 1. Demikian pula, bila
elektronnya di sekitar inti 2, pengaruh inti 1 dapat diabaikan, dan
orbitalnya dapat didekati dengan fungsi gelombang 1s hidrogen di sekitar
inti 2.
Kemudian kombinasi linear dua fungsi gelombang 1s dikenalkan sebagai orbital molekul pendekatan bagi orbital molekul H2. Untuk setiap elektron 1 dan 2, orbital berikut didapatkan.
φ+(1) = a[1s1(1) + 1s2(1)]
φ+(2) = a[1s1(2) + 1s2(2)] (3.4)
Orbital untuk molekul hidrogen haruslah merupakan hasilkali kedua orbital atom ini.
Jadi,
Ψ+(1, 2) = φ+(1)・φ+(2) = a[1s1(1) + 1s2(1)] x a[1s1(2) + 1s2(2)]
= a2[1s1(1) 1s1(2) + 1s1(1) 1s2(2) + 1s1(2)1s2(1) + 1s2(1) 1s2(2)] (3.5)
Orbital ini melingkupi seluruh molekul, dan disebut dengan fungsi
orbital molekul, atau secara singkat orbital molekul. Seperti juga,
orbital satu elektron untuk atom disebut dengan fungsi orbital atom atau
secara singkat orbital atom. Metoda untuk memberikan pendekatan orbital
molekul dengan melakukan kombinasi linear orbital atom disebut dengan
kombinasi linear orbital atom (linear combination of atomic orbital,
LCAO).
Latihan 3.3 metoda VB dan MO
Perbedaan metoda VB dan MO terletak dalam hal seberapa luas kita
memperhatikan keadaan elektronik molekulnya. Carilah perbedaan ini
dengan membandingkan persamaan 3.1 dan 3.5.
Jawab
Kecuali konstanta, suku kedua dan ketiga dalam persamaan 3.5 identik
dengan dua suku di persamaan 3.1. Keadaan elektronik yang dideskripsikan
oleh suku-suku ini adalah keadaan molekul sebab setiap elektron
dimiliki oleh orbital yang berbeda. Di pihak lain, suku pertama dan
keempat persamaan 3.5 meakili keadaan ionik molekul H+ – H–
sebab kedua elekktron mengisi orbital atom yang sama. Persamaan 3.1
tidak memiliki suku-suku ini, Jadi, teori MO mempertimbangkan keadaan
ionik sementara metoda VN tidak.
Jumat, 14 September 2012
teori kuantum bikin galau
20.50
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar